History of Jayabaya Part II

"Pemimpin Bangsa Indonesia yang Mempunyai Nama Belakang khas dari kata NOTO NOGORO"

Sekali lagi Jayabaya meramalkan para pemimpin bangsa Indonesia yang mempunyai nama belakang dari kata NOTO NOGORO, seperti sebelumnya dalam History of Jayabaya Part I dimana Raja Kadiri ini meramalkan masa depan akan bangsa Nusantara. dalam hal ini di ceritakan bila Bangsa ini akan di pimpin oleh 5 orang yang mempunyai nama akhiran No, To, No, Go & Ro. Akan membawa masa ke emasan pada negeri ini.

Jadi kita harus menunggu sampai menemukan pemimpin negeri ini yang berakhiran Ro sehingga terciptalah masa kejayaan dari negeri Nusantara, berikut hasil ramalan yang telah terjadi pada masa ke masa pemimpim atau presiden yang berkuasa di Indonesia.
 
1. Presiden Soekarno (No)
Munculnya Presiden Sukarno sebagai Pemimpin Indonesia, Pendiri Republik Indonesia dalam periode Kala-sumbaga (1901-2000) diramalkan secara cukup akurat. Beliau digambarkan sebagai seorang Raja yang memakai kopiah warna hitam (kethu bengi), sudah tidak memiliki ayah (yatim) dan bergelar serba mulia (Pemimpin Besar Revolusi). Sang Raja kebal terhadap berbagai senjata (selalu lolos dari percobaan pembunuhan), namun memiliki kelemahan mudah dirayu wanita cantik, dan tidak berdaya terhadap anak-anak kecil yang mengelilingi rumah beliau (mundurnya beliau karena demo para pelajar dan mahasiswa). Sang Raja sering mengumpat orang asing sebagai lambang bahwa beliau sangat anti Imperialisme. Dalam tembang Jawa berbunyi: “Ratu digdaya ora tedhas tapak paluning pandhe sisaning gurinda, nanging apese mungsuh setan thuyul ambergandhus, bocah cilik-cilik pating pendhelik ngrubungi omah surak-surak kaya nggugah pitik ratu atine cilik angundamana bala seberang sing doyan asu”.

Bung Karno bergelar Panglima Tertinggi ABRI, siapa yang menentangnya bisa celaka, menyerang tanpa pasukan, sakti tanpa pusaka, dan menang perang tanpa merendahkan lawannya, kaya tanpa harta, benderanya merah-putih. Beliau meninggal dalam genggaman manusia. Dalam tembang Jawa berbunyi: “sing wani bakal wirang, yen nglurug tanpa bala, digdaya tanpa aji apa-apa, lamun menang tanpa ngasorake liyan, sugih tan abebandhu, umbulane warna jenang gula klapa. Patine marga lemes.”

 
2. Presiden Soeharto (To)
Naik-turunnya Presiden RI ke-2 Suharto juga secara jelas diramalkan oleh Prabu Jayabaya pada Bagian Akhir tembang Jawa butir 11 sampai 16 sebagai berikut: “Ana jalmo ngaku-aku dadi ratu duwe bala lan prajurit negara ambane saprowulan panganggone godhong pring anom atenger kartikapaksi nyekeli gegaman uleg wesi pandhereke padha nyangklong once gineret kreta tanpa turangga nanging kaobah asilake swara gumerenggeng pindha tawon nung sing nglanglang Gatotkaca kembar sewu sungsum iwak lodan munggah ing dharatan. Tutupe warsa Jawa lu nga lu (wolu / telu sanga wolu / telu) warsa srani nga nem nem (sanga nenem nenem) alangan tutup kwali lumuten kinepung lumut seganten.

Beliau muncul sebagai Pemimpin yang didukung oleh Angkatan Bersenjata RI (darat, udara dan laut), berlambang Kartikapaksi, memakai topi baja hijau (tutup kwali lumuten) pada tahun 1966. Zaman pemerintahan Presiden Suharto (Orde Baru) berlangsung selama 30 tahun, dan menurut Jayabaya ada tiga raja yang menguasai tanah Jawa /Indonesia saat itu sebagai lambang kekuasaan dari tiga kekuatan politik: Golkar-Parpol-ABRI tapi bisa di artikan juga 3 partai politik yakni Golkar-PPP-PDI.  Ketiga kekuatan itu menghilang saat Pak Harto mundur, karena saling berselisih. Setelah itu tidak ada lagi raja yang disegani, dan para Bupat Manca Negara (luar Jawa) berdiri sendiri-sendiri (otonom).
Setelah lenyapnya kekuasaan tiga raja tersebut diatas, Jayabaya meramalkan datangnya seorang Pemimpin baru dari negeri seberang, yaitu dari Nusa Srenggi (Sulawesi), ialah Presiden BJ Habibie.

Ramalan Jayabaya bagi Indonesia setelah tahun 2001 Indonesia akan menjadi sebuah negeri yang aman, makmur, adil dan sejahtera sebagai akhir dari Ramalan Jayabaya (Kala-surasa, 2001-2100 M), zaman yang tidak menentu (Kalabendu) berganti dengan zaman yang penuh kemuliaan, sehingga seluruh dunia menaruh hormat. Akan muncul seorang Satriya Piningit sebagai Pemimpin baru Indonesia dengan ciri-ciri sudah tidak punya ayah-ibu, namun telah lulus Weda Jawa, bersenjatakan Trisula yang ketiga ujungnya sangat tajam, sbb:
“Mula den upadinem sinatriya iku wus tan abapa, abibi, lola, wus pupus weda Jawa mung angendelake trisula, landepe trisula sing pucuk gegawe pati utawa untang nyawa, sing tengah sirik gawe kapitunaning liyan, sing pinggir-pinggir tolak colong njupuk winanda.”
Ramalan selanjutnya adalah:

“Inilah jalan bagi yang selalu ingat dan waspada! Agar pada zaman tidak menentu bisa selamat dari bahaya atau “jaya-baya”, maka jangan sampai keliru dalam memilih pemimpin. Carilah sosok Pemimpin yang bersenjatakan Trisula Weda pemberian dewa. Bila menyerang tanpa pasukan, kalau menang tidak menghina yang lain. Rakyat bersukaria karena keadilan Tuhan telah tiba. Rajanya menyembah rakyat yang bersenjata Trisula Weda; para ulama / pendetapun menghargainya. Itulah asuhannya Sabdopalon – yang selama ini menanggung rasa malu tetapi akhirnya termasyhur- karena segalanya tampak terang benderang. Tidak ada lagi yang mengeluh kekurangan; itulah pertanda bahwa zaman tidak menentu telah usai berganti zaman penuh kemuliaan, sehingga seluruh dunia pun menaruh hormat.”



3. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (No)
Presiden kita yang mempunyai latar belakang yang sama dengan Presiden Ke 2 yakni dari kalangan militer (angkatan bersenjata). Ramalan tentang presiden ini seperti yang di jelaskan diatas yakni ramalannya :
- bergelar Satriya Piningit,
- sudah tidak punya ayah-ibu,
- telah lulus Weda Jawa,
- bersenjatakan Trisula.

Ramalan nya sedikit sulit karena banyak makna kiasan yang belum bisa dijelaskan dengan baik, tapi dapat dijelaskan seperti ini. Di zaman modern abad ke-21 saat ini dengan berbagai persenjataan modern dan alat tempur yang canggih, mulai dari senjata nuklir, roket, peluru kendali, dan lain-lainnya, maka senjata Trisula Weda mungkin bukanlah senjata dalam arti harafiah, tetapi adalah senjata dalam arti kiasan (karena pada masa pemerintahan Presiden SBY inilah adanya program pembuatan Nuklir dan ada isu mengatakan bahwa terjadinya bencana alam tsunami dinegeri serambi Mekah adalah akibat percobaan hulu ledak nuklir di daerah tersebut. sumber: http://www.akhirzaman.info). Tiga kekuatan yang membuat seorang Pemimpin disegani segenap Rakyatnya, Bisa saja itu adalah tiga sifat-sifat sang Pemimpin, seperti: Benar, Lurus, Jujur (bener, jejeg, jujur) seperti yang diungkapkan dalam tembang-tembang Ramalan Jayabaya.


Tidak mempunyai ayah & ibu dimaksudkan disini yakni telah kehilangan sosok panutan atau yang dikagumi dan berjuang untuk melanjutkan cita-cita yang dijadikan sosok panutan tersebut. Demikian pula tentang sosok sang Pemimpin yang digambarkan sebagai Satriya Piningit, bukanlah seseorang yang tiba-tiba muncul, tetapi Ia adalah seorang Pemimpin Indonesia yang sifatnya tidak mau menonjolkan diri, tetapi Ia bekerja tanpa pamrih, menyumbangkan tenaga dan pikirannya bagi kemajuan bangsa dan negara. Sudah ada langkah-langkahnya yang nyata yang dapat ditelusuri dalam kehidupannya sehari-hari.

4. Presiden (pemimpin) selanjutnya berarti akan mempunyai nama akhiran Go.  
Saat presiden bernama belakang GO. Indonesia akan menjadi sebuah negara yang makmur sejahtera, dipandang dan dihormati dunia. Jika memang itu yang terjadi semoga saja benar adanya dan dapat membawa negeri ini menuju zaman ke emasannya, dan nanti pada akhirnya akan sampai pada puncaknya pada saat Pemimpin berakhiran Ro yang memimpin negeri ini. 

=========================================================================

Fakta Menarik:
Alasan mengapa Presiden (Bapak BJ Habibie, Bapak Gus Dur / KH. Abdurrahman Wahid & Ibu Megawati Soekarno Putri) sebelum Presiden SBY tidak termasuk dalam pemimpin yang diramalkan karena periode masa pemerintahan mereka tidak penuh atau bisa dibilang saling menggantikan satu sama lain. + Bpk. Habibie (1th), Bpk.Gus Dur (1th), Ibu Megawati (3th).

Dalam Mitos Jawa dikatakan bahwa pemimpin yang berawalan "Su/Soe" maka kekuasaannya akan lama dan banyak masalah ini juga terbukti pada kepemimpinan 3 Presiden kita (Soekarno, Soeharto & Susilo.)

Asal-Usul:

1. No = Soekar’No’
Memerintah selama 21 thn.
2+1 = 3
Turun oleh mahasiswa.

2. To = Soehar’To’
Memerintah selama 32 thn.
3+2= 5
Turun oleh mahasiswa.

Terdapat spasi antara kalimat noto dan nogoro. Terbukti dalam spasi kalimat diisi oleh tiga presiden yaitu Bpk Habibie, Bpk. Gus dur, & Ibu Mega.

3. Yudhoyo’No’
Memerintah selama?
Jika
no = 3 thn, dan to = 5 thn,
Maka kemungkinan besar
no (sby) = 8thn.
“segala sesuatu diciptakan ada perhitungannya”
Jika
no = turun oleh mahasiswa,
to = turun oleh mahasiswa,
Maka kemungkinan besar
no (sby) = turun oleh mahasiswa.

karena masa kepemimpinan sby setelah terpilih lagi secara normal 10 thn. jika ternyata 8 thn maka kemungkinan besar akan turun oleh mahasiswa. sama seperti sukarno dan suharto yg termasuk dalam noto nogoro yg dimana mereka memiliki kesamaan yaitu telah melewati 5 thn (1 periode) masa kepemimpinannya.

Jadi NO (sby) = 8 thn dan kemungkinan besar turun oleh mahasiswa. jika  8 thn berarti kurang lebih sampai november 2011. tidak akan lebih dari november 2012 dan tidak akan kurang dari november 2010.